- PENDAHULUAN
Ada
pendapat dalam dunia filsafat seni bahwa manusia adalah makhluk pemuja
keindahan. Melalui panca indera manusia menikmati keindahan dan setiap
saat tak dapat berpisah dengannya, dan berupaya untuk dapat
menikmatinya. Kalau tidak dapat memperolehnya manusia mencari kian
kemari agar dapat menemukan dan memuaskan rasa dahaga akan keindahan.
Manusia
setiap waktu memperindah diri, pakaian, rumah, kendaraan dan sebagainya
agar segalanya tampak mempesona dan menyenangkan bagi yang melihatnya.
Semua ini menunjukkan betapa manusia sangat gandrung dan mencintai
keindahan. Seolah-olah keindahan termasuk konsumsi vital bagi indera
manusia. Tampaknya kerelaan orang mengeluarkan dana yang relatif banyak
untuk keindahan dan menguras tenaga serta harta untuk menikmatinya,
seperti bertamasya ke tempat yang jauh bahkan berbahaya, hal ini semakin
mengesankan betapa besar fungsi dan arti keindahan bagi seseorang.
Agaknya semakin tinggi pengetahuan, kian besar perhatian dan minat untuk
menghargai keindahan dan juga semakin selektif untuk menilai dan apa
yang harus dikeluarkan untuk menghargainya, dan ini merupakan kebanggaan
tersendiri bagi orang yang dapat menghayati keindahan
Keindahan
adalah sesuatu yang mendatangkan rasa sedang bagi yang melihatnya (Leo
Tolstoy, pujangga Rusia), keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan
rasa senang (Humo, pujangga Inggris), dan keindahan adalah sesuatu yang
paling banyak mendatangkan rasa senang (Hemsterhuis, pujangga Belanda)
Keindahan
adalah susunan yang teratur dari bagian yang erat antara satu dengan
lainnya (Baumgarten, pujangga Jerman), keindahan adalah sesuatu yang
memiliki proporsi yang harmonis (Shaftesbury, pujangga Jerman),
Keindahan adalah keserasian obyek dengan tujuannya (Emmanuel Kant).
Keindahan
atau keserasian diwujudkan dalam bentuk ukuran, perpaduan, pertentangan
atau keseimbangan. Ukuran segi panjang yang indah adalah 3 berbanding
5, perpaduan kulit yang gelap dengan baju yang berwarna lembut adalah
serasi, pertentangan tinggi rendah atau keras lembutnya suara musik
adalah indah dan keseimbangan yang tercipta dari seorang yang bertubuh
tinggi mengenakan baju bergaris horisontal atau orang yang pendek
mengenakan baju bergaris vertikal adalah serasi.
Keindahan
berasal dari kata indah yang artinya bagus, cantik, atau elok. Indah
sama dengan “beauty” (bahasa Inggris), “Beau” (bahasa Perancis) atau
“Bello” (bahasa Italia). Keindahan dapat diartikan secara artistik,
terbatas, dan luas.
Keindahan
dalam arti artistik bersifat subyektif, artinya keindahan tersebut
merupakan hasil hubungan antara pikiran dengan benda yang diamati.
Keindahan artistik ditentukan oleh unsur dinamis berupa kesan yang
berubah akibat dunia yang selalu berubah-ubah.Unsur dinamis menyebabkan
keindahan artistik juga dinamis, artinya kendahan dinilai sesuai dengan
tempat dan jamannya. Dengan demikian, keindahan dalam arti artistik
merupakan hasil hubungan antara pikiran dengan benda yang diamati yang
selalu berubah kesannya sesuai tempat dan jamannya.
Keindahan
dalam arti artistik disebut juga dengan keindahan seni yang merupakan
pengutaraan isi jiwa atau perasaan sang penciptanya. Isi jiwa manusia
dapat berbentuk rasa indah, rasa lucu (kosmis), rasa sedih (tragis) rasa
gaib (magic) dan sebagainya. Hasil karya seni mencerminkan isi jiwa
sang penciptanya dan mengungkapkan keindahan dalam arti artistik (seni).
Keindahan
dalam arti seni berbeda dengan keindahan dalam arti terbatas yang
bersifat obyektif dan dipengaruhi unsur statis. Unsur statis merupakan
ciri estetis yang melekat pada bentuk dan warna suatu benda sehingga
relatif tetap dari masa ke masa dan di semua tempat.
Ciri
estetis pada keindahan dalam arti terbatas diperoleh dari kebiasaan
manusia dalam berpikir, merasa dan akhirnya mengambil sikap. Bentuk
sikap yang muncul, misalnya senang-benci, puas-kecewa, dan sebagainya.
Sikap-sikap tersebut dipengaruhi oleh kepekaan seseorang dalam melihat
bentuk dan warna yang menimbulkan rasa senang. Inilah yang dimaksud
keindadahan dalam arti terbatas.
Dalam
arti luas, keindahan adalah segala yang baik seperti keindahan alam
atau keindahan moral. Sikap yang halus, lembut, sopan atau beradab
merupakan keindahan moral. Keindahan juga diartikan sebagai segala yang
wajar, artinya lukisan wanita yang lebih cantik dari wajah aslinya
tidaklah indah, karena lukisan tersebut kurang wajar.
Keindahan moral, seperti sikap yang halus, lembut, sopan, atau beradab dapat ditunjukkan oleh anggota badan, cara berbahasa serta perpaduan pikiran perasaan dan kemauan.
Keindahan moral, seperti sikap yang halus, lembut, sopan, atau beradab dapat ditunjukkan oleh anggota badan, cara berbahasa serta perpaduan pikiran perasaan dan kemauan.
Sikap
yang halus dapat ditunjukkan oleh anggota badan seperti kaki, tangan,
kepala, bahu, bibir, mulut, mata, atau muka. Kaki melipat atau
mengangkang menunjukan sifat tidak halus. Demikian pula dengan cara
meraba atau menjabat tangan, kepala yang menunduk atau mengangguk, bahu
yang terbuka atau mengangkat, bibir yang dimencongkan atau dimonyongkan,
mulut yang mengatup atau menganga, mata yang melirik atau terbelalak,
muka yang berseri ditengah musibah atau berkerut di saat orang sedang
senang dan sebagainya menunjukan sifat-sifat yang tidak halus, tidak
sopan atau tidak beradab.
Untuk
menampilkan sikap yang halus seseorang dapat menunjukkannya dengan cara
berbahasa, yakni dengan pilihan kata yang sopan dan tidak kotor,
susunan kalimat yang tidak kacau, rangkaian kalimat yang teratur, nada
suara yang sesuai keadaan untuk tinggi maupun rendahnya, serta irama
suara yang sesuai, keras atau lembutnya.
Sikap
halus juga dapat ditunjukkan oleh perpaduan pikiran perasaan dan
kemauan atau perpaduan cipta, rasa dan karsa. Perpaduan tersebut
dinamakan Trias dinamika yang mempengaruhi sikap seseorang. Pikiran yang
kusut menyebabkan seseorang terlihat murung, perasaan yang riang
menyebabkan seseorang terlihat lincah dan adanya kemauan menyebabkan
seseorang melakukan sesuatu.